ALUR : Jurnal Arsitektur https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR <p>ALUR : Jurnal Arsitektur UNIKA Santo Thomas Medan berisi artikel-artikel ilmiah yang meliputi kajian di bidang Teknik khususnya Teknik Arsitektur seperti bidang ilmu perancangan arsitektur dan bidang ilmu lain yang sangat erat kaitannya seperti perencanaan kota dan daerah, desain interior, perancangan lansekap, dan sebagainya, serta penelitian-penelitian lain yang terkait dengan bidang-bidang tersebut</p> Unika Santo Thomas en-US ALUR : Jurnal Arsitektur 2615-1472 PENILAIAN PLACEMAKING DI RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN JAM GADANG https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/2585 <p>Jam Gadang is a landmark of Bukittinggi City so it becomes a tourist destination. The concentration of visitors in Jam Gadang Plaza makes Jam Gadang very crowded, especially during the holiday. Moreover, it impacts the activities of visitors, which cannot be accommodated at the same time by the public open space of Jam Gadang. Although there are 2 other public open spaces near Jam Gadang Plaza, which are Bung Hatta Monument Park and Pahlawan Tak Dikenal Monument Park, the two public open spaces cannot have a role in receiving some of Jam Gadang Plaza's visitors. This research was conducted to find out how the quality of public spaces in the Jam Gadang area according to the placemaking assessment. The research method used place-centered mapping, questionnaires dissemination, and interviews. The results of the placemaking assessment showed that Jam Gadang Plaza has a "Good" score from respondents for every variable. Furthermore, the placemaking assessment in Pahlawan Tak Dikenal Monument Park and Bung Hatta Monument Park has a "Deficient" score in the comfort &amp; image aspect, as well as the uses &amp; activity aspect.</p> Resty Aprila Hardi Diananta Pramitasari Copyright (c) 2023 ALUR : Jurnal Arsitektur https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2023-10-01 2023-10-01 6 2 64 73 10.54367/alur.v6i2.2585 KONSEP PERMUKIMAN KEMBALI PADA KAWASAN KUMUH SUNGAI BANGER, PROBOLINGGO https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/2121 <p>The Banger River has been converted into a high-density slum dwelling. Most of the slum dwellings are <br />permanent buildings located above the river and around the river border, resulting in experiencing a <br />significant decline in the quality of its facilities and infrastructure. The condition of buildings and <br />infrastructure supporting slums in the Banger river area is analyzed with seven slum parameters <br />according to the Ministry of Public Works Regulation No. 2 of 2016 Article 4 paragraph 2. The typology <br />based on the geographical location categorized the Banger River area as slum dwellings on the edge of <br />water bodies. The formulation of the problem that will be discussed in this study is to identify the physical <br />and non-physical problems that affect the function of the Banger River area. The purpose of this study <br />is to develop a pattern of slum settlements renewal that can optimize the potential and answer the <br />problems that exist in the area. The research method chosen was descriptive qualitative with literature <br />studies and field surveys. The results showed that the appropriate treatment concept was resettlement <br />so that it could optimize the potential and could answer the problems of the seven slum parameters.</p> Nareswarananindya Nareswarananindya Annisa Nur Ramadhani Copyright (c) 2023 ALUR : Jurnal Arsitektur https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2023-10-01 2023-10-01 6 2 74 81 10.54367/alur.v6i2.2121 IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN JALAN YOS SUDARSO SEBAGAI KORIDOR KOMERSIAL DI KOTA GOMBONG DENGAN PENDEKATAN KARAKTERISTIK RUANG FISIK https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/2307 <p>Jalan Yos Sudarso merupakan jalan kelas arteri primer yang terletak di Kota Gombong. Jalan ini menghubungkan antar pusat kegiatan nasional di selatan Pulau Jawa. Letak jalan ini membelah sebuah kawasan wilayah Gombong dan menjadi koridor Jalan penting untuk kawasan tersebut. Hal ini berdampak kepada aktivitas komersial pada koridor jalan tersebut. Akibatnya, keadaan fisik ruang koridor jalan didominasi oleh deretan bangunan yang memiliki fungsi dan tujuan komersial seperti perdagangan. Beberapa berupa pertokoan, warung, restoran, kios, pasar, perkantoran dan lain-lain. Hal tersebut menjadikan koridor Jalan Yos Sudarso memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sebuah koridor komersial. Namun hal yang belum diketahui adalah bagaimana potensi koridor Jalan Yos Sudarso sebagai koridor komersial dari segi fisik ruangnya. Oleh karena itu diperlukan identifikasi terhadap ruang fisik pada koridor tersebut. Identifikasi ruang fisik koridor membutuhkan beberapa aspek yang mempengaruhi kondisi ruang koridor. Pada umumnya sebuah koridor komersial tersusun dari sebuah ruang dengan bentuk memanjang dan diapit oleh deretan bangunan pada kedua sisinya. Kedua deretan bangunan tersebut umumnya memiliki tata guna lahan sebagai pusat-pusat perdagangan. Karakteristik bangunan pun pada umumnya dapat diidentifikasi dengan mudah melalui tampilan bangunan itu sendiri. Sedangkan sifat keruangan dari koridor komersial pada umumnya memiliki keintiman yang kuat misalnya, tidak ada pembatas antara ruang gerak jalan dengan ruang-ruang statis di tepi koridor sehingga memudahkan interaksi antar pengguna koridor dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut merupakan ciri khas dari sebuah koridor komersial. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan potensi pengembangan koridor Jalan Yos Sudarso sebagai koridor komersial di Kota Gombong. Variable-variabel penelitian digunakan untuk menemukan potensi koridor Jalan Yos Sudarso sehingga pada kesimpulanya dapat diketahui seperti apakah koridor Jalan Yos Sudarso jika akan dikembangkan sebagai koridor komersial.</p> Prayogi Nusabakti Copyright (c) 2023 ALUR : Jurnal Arsitektur https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2023-10-01 2023-10-01 6 2 82 94 10.54367/alur.v6i2.2307 PENERAPAN PRINSIP DESAIN DK.CHING PADA RUMAH BUBUNGAN TINGGI https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/2409 <p>Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman, hal ini membuat perbedaan dari satu tempat dengan tempat lainnya. Salah satu keanekaragaman yang terdapat di Indonesia terletak pada arsitektur yang tersebar di setiap tempat, baik secara nilai-nilai dari setiap budaya dan lingkungan sekitarnya. Perbedaan ini bisa terbentuk juga melakui bentuk denah, atap dan juga material yang digunakan, yang menjadi keunikan tersendiri dari setiap tempat. Sebuah bangunan tersusun dari elemen desain yang dibantu dengan prinsip-prinsip desain dalam menyusunnya menjadi sebuah bangunan yang unik. Prinsip desain DK.Ching merupakan salah satu pemikiran teori barat yang diterapkan dalam sebuah bangunan, sedangkan arsitektur nusantara juga sebagai sebuah bangunan. Apakah dalam wujud fisik arsitektur nusantara juga memiliki prinsip desain yang digunakan untuk menyatukan elemen desain tersebut? Obyek penelitian ini yaitu menggunakan rumah adat Bubungan Tinggi. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur terutama prinsip DK. Ching. Prinsip DK. Ching itu membantu membuat indikator untuk teknik analisa data, yaitu tatanan pola massa, bentuk dasar ruang dan organisasi ruang. Tujuan penelitian ini untuk dapat membuktikan bahwa bangunan rumah adat juga memiliki penerapan prinsip desain DK.Ching, sehingga tidak hanya bangunan modern saja yang memiliki prinsip desain. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa rumah Bubungan Tinggi memiliki penerapan prinsip desain dari elemen desain yang tersusun.</p> Josephine Roosandriantini Ferdinard Hendra Setiawan Copyright (c) 2023 ALUR : Jurnal Arsitektur https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2023-10-01 2023-10-01 6 2 95 102 10.54367/alur.v6i2.2409 CREATING PLACES OF IDENTITY AND SOCIAL INTERACTION: EXAMINING THE RELATIONSHIP BETWEEN TRANSIT-ORIENTED DEVELOPMENT AND PLACE MAKING https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/3064 <p><em>This qualitative literature study explores the synergistic relationship between Transit-Oriented Development (TOD) and Place Making in shaping urban environments that nurture strong identities and vibrant social interactions. Drawing from a wide range of literature sources, including journals, books, reports, and policy documents, the study conducts a thematic analysis of the existing body of research concerning the TOD-Place Making nexus. The findings emphasize that TOD has substantial potential for cultivating places with distinct identities and fostering social interactions within urban areas. Place Making emerges as a pivotal strategy for designing spaces that promote local identities, community engagement, and high-quality public realms.</em></p> <p><em>The study concludes that the integration of TOD and Place Making can metamorphose transportation hubs into lively centers of social life and community activities. However, challenges such as regulatory hurdles, stakeholder coordination, and long-term sustainability require attention. This research advances our comprehension of crafting and managing sustainable urban environments, offering insights for planning guidelines and policies. Particularly relevant to Indonesian cities, embracing TOD and Place Making principles can create inclusive, livable settings that amplify local identities and community cohesion, guiding urban planning and policy decisions for the sustainable evolution of Indonesian cities.</em></p> Eko Nursanty Copyright (c) 2023 ALUR : Jurnal Arsitektur https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2023-10-01 2023-10-01 6 2 103 114 10.54367/alur.v6i2.3064 ARCHITECTONIC REGIONALISME DALAM ARSITEKTUR OSING https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/2605 <p><em>Architectonic regionalism is an approach that seeks to incorporate regional identity into contemporary architecture. This study focuses on the application of architectonic regionalism in Osing architecture, a traditional architecture style found in the Banyuwangi region of East Java, Indonesia. Using a qualitative research method with a descriptive approach, the study analyzes three case studies of modern buildings - Hotel Sahid Osing, Blimbingsari Airport, and Polytechnic Banyuwangi Hall - that showcase reinterpretation, modification, and innovation of local architectural elements. The study finds that the architectonic regionalism approach in Osing architecture prioritizes the use of traditional materials such as wood from local mangrove forests, and construction techniques that are adapted from local practices. The topography of the site is also considered in the design process, with the buildings being responsive to the natural landscape. Moreover, local cultural values and symbolism are incorporated into the architecture, reflecting the unique identity of the Osing community. The findings of this research highlight the importance of preserving and promoting regional architectural traditions in the context of modern architecture. The reinterpretation, modification, and innovation of local architectural elements in contemporary buildings can contribute to the sustainability and cultural preservation of the region. Furthermore, the architectonic regionalism approach in Osing architecture serves as a case study for understanding how regional identity can be manifested in modern architectural design, and its implications for sustainable development and cultural heritage preservation.</em></p> Stephanus Wirawan Dharmatanna Copyright (c) 2023 ALUR : Jurnal Arsitektur https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0 2023-10-01 2023-10-01 6 2 115 126 10.54367/alur.v6i2.2605