Ciri Visual Bentuk Arsitektur Masjid Lama Gang Bengkok dalam Akulturasi Budaya
DOI:
https://doi.org/10.54367/alur.v7i1.3704Keywords:
mosque, culture, Malay, ChineseAbstract
Medan City has a variety of ethnicities and cultures that cannot be separated from its past (history). The city of Medan, which is now known as "miniature of Indonesia", has diverse ethnic groups such as Malay, Javanese, Chinese, Tamil, Arab and European descendants. The Old Gang Bengkok Mosque is a mosque located in the city of Medan, precisely in Kesawan Village, West Medan District. This mosque was built by a merchant from China, Tjong A Fie, so that the characteristics of Chinese identity have strong characteristics in the ornaments as an implementation of an internal cultural mix, namely Malay culture and Chinese culture, in the mosque building. The result of this research is to search for data information regarding the visual characteristics of the architectural forms in this mosque so that later this collective visual data can enrich knowledge regarding the internal combination of different cultures but can be harmonious in one visual unity. The research methodology in this study uses descriptive qualitative. Kota Medan memiliki ragam etnis, budaya yang tidak dapat dilepaskan dari masa lalunya (sejarahnya). Kota Medan yang dikenal sekarang sebagai “miniatur Indonesia” memiliki suku bangsa yang beragam seperti Melayu, Jawa, Tionghoa, Tamil, Arab, dan keturunan Eropa. Masjid Lama Gang Bengkok adalah masjid yang terletak di kota Medan, tepatnya di Kelurahann Kesawan, Kecamatan Medan Barat. Masjid ini dibangun oleh saudagar yang berasal dari China, Tjong A Fie, sehingga ciri khas identitas Tionghoa memiliki karakteristik yang kuat dalam ornamen sebagai penerapan perpaduan intern budaya yaitu budaya Melayu dan budaya Tionghoa pada bangunan Masjid tersebut. Hasil penelitian ini adalah untuk mencari informasi data mengenai ciri visual bentuk arsitektural yang ada pada masjid ini sehingga nantinya kolektif data visual ini dapat memperkaya keilmuan mengenai perpaduan intern budaya yang berbeda tetapi dapat harmonis dalam satu kesatuan visual. Metodologi penelitian pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.References
Alamsyah, Bhakti dan Wahid, Julaihi (2013), Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sinulingga,Sukaria, (2014), Metode Penelitian, Jakarta, USU Press.
Koentjaraningrat, 2013, Pengantar Antropologi, Jakarta, Aksara Baru
Khatima, Khusnul,Nurasikin, Sutriani (2019). Langgam Arsitektur Masjid Babul Firdaus, Mesjid Tertua di Makassar sebagai Infill Design. Jurnal Timpalaja, 1 (1),44-56.
Ayuningrum, D. (2017). Akulturasi Budaya Cina dan Islam dalam Arsitektur Tempat Ibadah di Kota Lasem, Jawa Tengah. Jurnal Sabda, 12(2), 122-135.
Sadono, S. & Purnomo, A. D. (2020). Akulturasi Budaya Islam dan Tionghoa Dalam Arsitektur Masjid Al Imtizaj Cikapundung Bandung. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 438-443
Barliana, M. Syaom. (2008). Perkembangan Arsitektur Masjid: Suatu Transformasi Bentuk dan Ruang. HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah, 09(2), 45-60.
Rahmadi. (2020). Membincang Proses Islamisasi di Kawasan Kalimantan dari Berbagai Teori. Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 18(2), 243–286.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 ALUR : Jurnal Arsitektur
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.