INTERPRETASI RELASI FUNGSI-BENTUK-MAKNA PADA MASJID SULAIMANIYAH PANTAI CERMIN SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA
Keywords:
Masjid Sulaimaniyah, relasi fungsi-bentuk-maknaAbstract
Penelitian ini membahas Masjid Sulaimaniyah Pantai Cermin sebagai objek studi, dengan tujuan menginterpretasi relasi antara Fungsi, Bentuk, dan Makna (FBM) bangunan masjid sebagai representasi budaya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif-interpretatif dalam kerangka paradigma konstruktivisme. Data diperoleh melalui observasi langsung dengan pendekatan close-reading terhadap bangunan sebagai artefak budaya, wawancara dengan pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM), serta referensi pustaka terkait. Analisis dilakukan dalam dua tahap, yaitu 1) identifikasi elemen arsitektural berdasarkan kategori FBM, dan 2) interpretasi yang mengaitkan hasil identifikasi dengan hasil wawancara dan referensi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi FBM pada Masjid Sulaimaniyah bersifat hidup dan dinamis, mencerminkan representasi budaya yang terus berkembang. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai pusat kegiatan sosial-budaya, khususnya bagi komunitas Muslim di Pantai Cermin. Sebagai artefak budaya, Masjid Sulaimaniyah Pantai Cermin hadir sebagai bagian penting dari warisan arsitektur Melayu-Serdang.References
Ashadi (2018). Pengantar antropologi arsitektur. Penerbit Arsitektur UMJ Press.
Conway, H. & Roenisch, R. (2005). Understanding architecture: An introduction to architecture and architectural history. Routledge.
Gadamer, H.-G. (1997). The ontological foundation of the occasional and the decorative. In N. Leach (Ed.), Rethinking architecture: A reader in cultural theory (pp. 121–131). Routledge.
Glassie, H. (2000). Vernacular architecture. Indiana University Press.
Groat, L. N., & Wang, D. (2013). Architectural research methods (2nd ed.). John Wiley & Sons.
Kusuma, A. (2020). Kajian makna saka guru di Masjid Gedhé Mataram Kotagede Yogyakarta (Sebuah tinjauan arsitektur). Lintas Ruang: Jurnal Pengetahuan & Perancangan Desain Interior, 8(2), 1–10. https://doi.org/10.24821/lintas.v8i2.5198
Missingham, G. (1999). Architecture and interpretation [Draft seminar paper]. Academia.edu. https://www.academia.edu/33560346/ARCHITECTURE_AND_INTERPRETATION
Pemerintah Kota Batam. (2023). Peraturan Wali Kota Batam Nomor 179 Tahun 2023 tentang Ornamen Budaya Melayu Batam. https://disbudpar.batam.go.id/wp-content/uploads/sites/22/2023/09/Perwako-Ornamen-1.pdf
Rapoport, A. (1969). House form and culture. Prentice-Hall.
Salura, P. & Fauzy, B. (2012), “The ever-rotating aspects of function-form-meaning in architecture”, Journal of Basic and Applied Scientific Research, 2(7) 7086-7090. TextRoad Publication.
Sharr, A. (Ed.). (2012). Reading architecture and culture: Researching, buildings, spaces and documents. Routledge.
Snodgrass, A. & Coyne, R. (2006). Interpretation in architecture: Design as a way of thinking. Routledge.
Sumanti, S.T. & Batubara, T. (2019). Dinamika sejarah Kesultanan Melayu di Sumatera Utara: Menelusuri jejak Masjid Kesultanan Serdang. Atap Buku.
Ulfa, M., Junaedi, S., & Muslimah. (2024). Analisis nilai budaya tiang penyangga “Saka Guru” di Masjid Agung Demak. NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 3(1), 29–33. https://doi.org/10.31004/aulad.vxix.xx
Wang, W. (2022). Understanding architecture. In C. Voet, E. Schreurs, & H. Thomas (Eds.), The hybrid practitioner: Building, teaching, researching architecture (pp. 307–322). Leuven University Press. https://doi.org/10.11116/9789461664556
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.