https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/issue/feed ALUR : Jurnal Arsitektur 2025-05-30T12:06:17+02:00 Dr. Anna Lucy Rahmawati alur.unikasantothomas@gmail.com Open Journal Systems <p>Jurnal Arsitektur (ALUR) UNIKA Santo Thomas Sumatera Utara mempublikasikan artikel ilmiah di bidang Arsitektur, termasuk perancangan arsitektur, perencanaan kota dan wilayah, desain interior, serta perancangan lansekap. Jurnal ini juga menerima penelitian terkait disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan erat dengan arsitektur. Artikel yang diterbitkan mencakup berbagai pendekatan, baik teoritis maupun terapan, yang berkontribusi pada pengembangan ilmu dan praktik arsitektur.</p> https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/4678 ELEMEN FASAD, KARAKTER VISUAL, DAN ORNAMEN ARSITEKTUR TIONGHOA; STUDI KASUS RUMAH ABU THE GOAN TJING 2025-03-10T09:12:41+01:00 Rayden Soegiarto b22230008@john.petra.ac.id <p>Keluarga The merupakan salah satu keluarga terkemuka yang berasal dari Kota Surabaya, mereka memiliki kehidupan yang sukses dengan perdagangan opium, hasil bumi, dan produksi gula pada masa itu pada abad ke 18. Rumah abu keluarga The Goan Tjing dipilih menjadi objek penelitian, karena memiliki bentuk arsitektur khusus/unik pada atap dengan&nbsp; ornamen kura-kura, ornamen patung qilin, serta tiang naga. Ornamen serta warna pada Rumah Abu The ini juga&nbsp; elemen pembentuk karakter visual bangunan. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan percampuran budaya dalam elemen arsitektur pembentuk karakter visual pada rumah abu The Goan Tjiang. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian mengidentifikasikan terdapat 2 poin krusial yang perlu diperhatikan dan berpengaruh terhadap pembentukan arsitektur Rumah Abu The, yaitu fasad, karakteristik visual , serta ornamen.</p> 2025-05-30T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/4677 INTERPRETASI LEBENSWELT SENIMAN SUNARYO OLEH MASYARAKAT DALAM WOT BATU 2025-03-07T11:00:48+01:00 Irene Roselynda Prabarani ireneroselynda@gmail.com Nooraini Dewayani Perbawanti P. noorainidewayani@gmail.com Indah Widiastuti indahwidiastuti71@gmail.com <p>Wot Batu merupakan karya seni instalasi dalam skala ruang yang diciptakan oleh Sunaryo pada tahun 2015 di Ciburial, Bandung. Konsep <em>Lebenswelt</em> (dunia kehidupan), sebagaimana dikemukakan oleh Edmund Husserl, hadir dalam karya ini melalui fenomena lingkungan sekitar, intuisi, emosi, serta pengalaman dan ingatan pribadi Sunaryo. <em>Lebenswelt</em> tersebut diwujudkan dalam suasana, bentuk, tekstur batu, dan tapak Wot Batu, yang merefleksikan pandangan pribadi dan spiritualitas Sunaryo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis untuk memahami bagaimana makna <em>Lebenswelt</em> dalam Wot Batu diterima oleh masyarakat. Data dikumpulkan melalui kajian literatur untuk memahami latar belakang Sunaryo serta observasi langsung terhadap elemen fisik Wot Batu. Wawancara mendalam dilakukan dengan staf dan pengunjung guna menggali perspektif mereka. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengalaman spiritual Sunaryo dalam Wot Batu dapat terbaca oleh orang lain, meskipun dengan tingkat pemahaman yang berbeda.</p> 2025-05-30T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/3989 SEGREGASI PADA ELEMEN-ELEMEN PERKOTAAN ANTARA PERUMAHAN-PERUMAHAN FORMAL DAN KAMPUNG PONDOK JENGKOL, TANGERANG 2024-08-16T09:44:56+02:00 Vivian Dea Wibowo vivian.wibowo@student.matanauniversity.ac.id Muhammar Khamdevi muhammar.khamdevi@matanauniversity.ac.id <p>Segregation between formal housing and existing villages can be found in new town areas in Indonesia, such as the differences in planning and design in BSD and Gading Serpong new towns and the surrounding village areas in Tangerang, Banten. This phenomenon is evident in places like Pondok Jengkol Village. The contrasting planning and design between BSD City and Gading Serpong and Kampung Pondok Jengkol result in minimal regional continuity and lack of harmony between the areas. This research aims to identify segregation on urban elements in existing village and new town development areas. The study employs descriptive qualitative research methods by analyzing existing data through case studies. The results indicate spatial segregation on land use element and physical segregation on building mass form, circulation and parking, open space, pedestrian areas, activity support, signage, and preservation elements between village and formal settlements.</p> 2025-05-30T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/4459 RELASI HIBRIDITAS DAN DUALITAS DALAM TRANSFORMASI BENTENG VREDEBURG DI YOGYAKARTA 2024-12-31T03:01:33+01:00 Arina Khansa' Nadhifah nadhifaharina@gmail.com <p><em><span style="font-weight: 400;">Vredeburg Fort in Yogyakarta has undergone numerous transformations in both function and meaning over time. Originally serving as a symbol of colonial power in the form of a defensive outpost, it has now shifted into a museum that reflects the struggle for independence. This paper aims to discuss and explain the transformation of Vredeburg Fort based on the theories of hybridity and duality, as well as to explain the relationship between these two theories. The method used in this analysis is a case study, based on literature and visual documentation, which is then compared historically. The results of this analysis reflect a proportional interaction between hybridity and duality in the social, political, and cultural contexts, based on the transformation of space and time, which can be further understood as the true national identity of Indonesia.</span></em></p> 2025-05-30T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/4744 PERTOLONGAN PERTAMA PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI LASEM STUDI KASUS: KLENTENG CU AN KIONG 2025-04-15T06:57:39+02:00 Mutiawati Mandaka mutia.mandaka@unpand.ac.id Christine Wonoseputro christie@petra.ac.id Ratri Septina Sarasvati ratriseptina@upgris.ac.id <p>Kelenteng Cu An Kiong di Lasem merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang memiliki nilai historis dan arsitektural tinggi. Sebagai salah satu kelenteng tertua di Indonesia, bangunan ini mencerminkan perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa, yang terlihat dari ornamen khas, ukiran kayu yang indah, serta struktur bangunan yang masih mempertahankan gaya tradisional. Namun, seiring berjalannya waktu, kelenteng ini mengalami berbagai bentuk kerusakan akibat faktor usia, cuaca, kelembaban, serta kurangnya perawatan yang memadai. Kerusakan yang terjadi tidak hanya berpotensi mengurangi nilai estetika bangunan, tetapi juga dapat membahayakan keberlanjutannya sebagai warisan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada Kelenteng Cu An Kiong serta menyusun rekomendasi perbaikan berdasarkan tingkat keparahan kerusakan yang ditemukan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, meliputi survei lapangan, dokumentasi bagian bangunan yang mengalami kerusakan, wawancara dengan pengelola kelenteng, serta studi literatur terkait konservasi bangunan bersejarah. Analisis terhadap kondisi bangunan dilakukan untuk memahami faktor penyebab kerusakan serta menentukan langkah-langkah konservasi yang tepat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi teknis untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, sehingga kelestarian Kelenteng Cu An Kiong sebagai salah satu peninggalan budaya yang berharga dapat terus terjaga untuk generasi mendatang.</p> 2025-05-30T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/4832 INTERPRETASI RELASI FUNGSI-BENTUK-MAKNA PADA MASJID SULAIMANIYAH PANTAI CERMIN SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA 2025-05-26T10:48:12+02:00 Nauval arif Syaputra nauvalarifsyaputra@gmail.com <p>Penelitian ini membahas Masjid Sulaimaniyah Pantai Cermin sebagai objek studi, dengan tujuan menginterpretasi relasi antara Fungsi, Bentuk, dan Makna (FBM) bangunan masjid sebagai representasi budaya. Pendekatan penelitian yang &nbsp;digunakan adalah kualitatif-interpretatif dalam kerangka paradigma konstruktivisme. Data diperoleh melalui observasi langsung dengan pendekatan <em>close-reading</em> terhadap bangunan sebagai artefak budaya, wawancara dengan pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM), serta referensi pustaka terkait. Analisis dilakukan dalam dua tahap, yaitu 1) identifikasi elemen arsitektural berdasarkan kategori FBM, dan 2) interpretasi yang mengaitkan hasil identifikasi dengan hasil wawancara dan referensi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi FBM pada Masjid Sulaimaniyah bersifat hidup dan dinamis, mencerminkan representasi budaya yang terus berkembang. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai pusat kegiatan sosial-budaya, khususnya bagi komunitas Muslim di Pantai Cermin. Sebagai artefak budaya, Masjid Sulaimaniyah Pantai Cermin hadir sebagai bagian penting dari warisan arsitektur Melayu-Serdang.</p> 2025-05-30T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur https://ejournal.ust.ac.id/index.php/ALUR/article/view/4775 OVERVIEW OF HIGH RISE DEVELOPMENT IN SURABAYA CITY IN SEVERAL PERIODS OF YEARS 2025-05-05T07:34:47+02:00 Ribka Irena Kartowidjojo ribkairena25@gmail.com Stephanus Wirawan Dharmatanna ribkairena25@gmail.com <p><em><span style="font-weight: 400;">Surabaya as a metropolitan city, in this era is facing high business activities, economy, education, entertainment and residential needs. The presence of high rise supported by construction technology such as materials or structures, is a solution and opportunity for architecture to answer problems in urban areas by creating buildings that are comfortable and safe for residents and the environment. Starting with the establishment of Wisma BII in 1992 as the first high rise milestone, Surabaya continues to experience rapid development in high rise development. In this research there are 83 high rise buildings in Surabaya that will be analyzed by comparing the main parameters such as function, form, and material. It was found that most of the high rises developed into a mixed use with a setback form and the main structural material is concrete. The analysis was conducted using data from journals and the Council on Tall Building and Urban Habitat (CTBUH) and produced relevant findings. This research is expected to be useful for architects and urban developers in supporting sustainable development in Surabaya.</span></em></p> 2025-05-30T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2025 ALUR : Jurnal Arsitektur