https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/issue/feed RAJAWALI 2024-04-22T17:43:58+02:00 Open Journal Systems <p>Rajawali adalah Jurnal Filsafat yang memuat kajian akademik tentang proses mencari kebenaran mulai dari manusia berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal, selanjutnya dari berbagai spekulasi disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan. dan buah pikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang didasari kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika, hukum, politik, dan lain-lain.</p> https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/3601 PERKARA BONUM COMMUNE DALAM DUNIA MASA KINI: UTOPIA ATAU KATARSIS? 2024-04-22T16:58:24+02:00 Wilhelmus Gonzaga wilhelmus21@gmail.com Surip Stanislaus suripofmcap66@gmail.com <p>Artikel ini bermaksud menjelaskan manusia dan relasinya dengan sesamanya dengan tujuan tercapainya <em>bonum commune</em>. Ironinya bahkan hingga saat ini, masih terjadi relasi yang saling mengalienasi atau memusnahkan antarmanusia. Apakah tujuan manusia hidup bersama itu <em>bonum commune</em>, kebahagiaan individu atau perang? Sebenarnya <em>bonum commune</em> itu merupakan kodrat atau tujuan hidup manusia? Namun bila yang sering terjadi adalah perang, bukankah <em>bonum commune</em> itu hanyalah suatu utopia? Ataukah hanya bersifat representatif semata tanpa makna? Atau bersifat katarsis, karena bagaimanapun manusia itu dinamis dan senantiasa dalam proses ’menjadi’? Manusia serentak hidup di masa lalu, masa kini dan masa depan. Artinya manusia tidak bisa dilepas dari masa lalu tanpa terkungkung dalam ide masa lalu; manusia hidup pada saat ini mustahil tanpa warisan masa lalu dan cita-cita masa depan; dan manusia hidup di masa depan dengan bekal masa lalu dan usaha yang telah dikerjakan sejak pada masa kini.</p> 2024-04-22T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2024 RAJAWALI https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/3602 MENJELAJAHI KONSEP KONTRAK SOSIAL DAN PERSAUDARAAN DALAM PEMIKIRAN JEAN-JACQUES ROUSSEAU 2024-04-22T17:04:42+02:00 Nicodemus Haloho sihalohonicodemus10@gmail.com Nora Dolisna Simanjuntak rafaelfch02@gmail.com <p>Dunia masa kini mendesak manusia untuk hidup dalam suatu persaudaraan dan solidaritas antar individu. Problematika sosial yang marak hadir berkat kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan harus menghantar manusia pada suatu kesadaran untuk membangun sosialitas hidup bersama yang harmonis. Jean-Jacques Rousseau mengkonsepkan bahwa kesatuan sosial manusia secara bersaudara dapat terwujud melalui kontrak sosial. Dalam kompleksitasnya, kontrak sosial temuan Rousseau akan membentuk suatu persaudaraan manusia yang di dalamnya manusia mengalami kehidupan bersama dan keterjaminan hak-hak sebagai individu. Kesetaraan manusia dalam membangun segala dimensi kehidupan melahirkan suatu hidup yang penuh dengan keharmonisan. Maka sangat penting untuk memerhatikan hal-hal yang menunjang tercapainya suatu persaudaraan melalui konsep kontrak sosial ini, di antaranya adalah pendidikan moral dan kesadaran integral akan realitas dunia masa kini.</p> 2024-04-22T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2024 RAJAWALI https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/3603 MODERASI KERUKUNAN DALAM PRINSIP EPIKEIA DI ERA MODERNISASI 2024-04-22T17:10:19+02:00 Albertus Ginting maginsalbert@gmail.com Eramartina Saragih dinatasaragih@gmail.com <p>Moderasi (Latin: <em>moderatio</em>) berarti kesedangan atau tidak kelebihan dan tidak kekurangan. Kata moderasi berarti penguasaan dari sikap melebih-lebihkan ataupun mengurangi. Moderasi kerukunan menjadi ide yang baik untuk menumbuhkan semangat solidaritas di tengah modernisasi. Modernisasi yang menumbukan sifat individual dalam relasi virtual. Prinsip epikeia dalam moderasi kerukunan menjadi tolok ukur terciptanya relasi harmonis yang diharapkan itu. Epikeia bukan menghalalkan cara jahat, dan juga bukan pelarian dari aturan yang berlaku, tetapi dalam situasi relasi manusia yang sulit di era modern ini menerapkan aturan yang berlaku, kebaikan yang lebi tinggi serta kesejahteraan bersama lebih diutamakan, dengan kata lain menerapkan cinta kasih persaudaraan. Yesus Kristus menjadi model berepikeia agar kebaikan dan kebenaran yang sesuai dengan iman terwujud dalam situasi di setiap zaman.</p> 2024-04-22T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2024 RAJAWALI https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/3604 PERANAN KATEKIS DALAM GEREJA KATOLIK SUATU TINJAUAN YURIDIS-PASTORAL 2024-04-22T17:16:49+02:00 Vinsensius Noviantomo robertusseptiandry21@gmail.com Robertus Septiandry robertusseptiandry21@gmail.com <p>Gereja merupakan himpunan kaum beriman Kristiani yang anggotanya meliputi kaum awam. Dokumen Konsili Vatikan II mendefinisikan kaum awam sebagai “semua orang beriman Kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan imam dan status religius yang diakui dalam Gereja”. Berdasarkan definisi tersebut, kaum awam merupakan anggota penuh dari Gereja. Maka, mereka ikut bertanggungjawab dan terlibat atas seluruh dinamika kegiatan dalam Gereja, secara khusus bagi kehidupan umat beriman. Kutipan Dokumen <em>Lumen Gentium</em> mau menegaskan bahwa betapa besar tugas dan tanggung jawab kaum awam dalam Gereja. Salah satu tugas dan tanggung jawab kaum awam adalah aktif di bidang pewartaan Sabda Allah. Pewartaan ini sesuai dengan amanat Yesus kepada para murid-Nya, “karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat. 28: 19-20). Namun untuk memenuhi tanggung jawab dan tugasnya sebagai pewarta, kaum awam hendaknya menerima pembinaan atau pendidikan katekese. Kaum awam yang memperoleh pembinaan katekese disebut sebagai katekis. Katekis mendapat pembinaan supaya pewartaannya tersebut sungguh-sungguh menjadi berbobot dan berkualitas. Mereka inilah yang dipanggil secara khusus oleh Gereja untuk berkatekese. Melalui katekese, para katekis memperkenalkan Kristus dan berjuang supaya pewartaan Sabda Allah dapat menjangkau semua orang di seluruh dunia.</p> 2024-04-22T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2024 RAJAWALI https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/3605 DIMENSI-DIMENSI ESTETIK YANG MENDUKUNG PERAYAAN EKARISTI MENURUT PAUS YOHANES PAULUS II DALAM ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA 2024-04-22T17:37:23+02:00 Martin Marbun martinzada26@gmail.com Alfonsus Ara ara.very@yahoo.com <p>Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup Gereja. Gereja lahir, bersumber dan berpusat dari misteri paskah Kristus. Melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, Kristus menebus manusia dan menjadikan manusia sebagai tubuh-Nya. Di dalam tubuh itu, hidup Kristus disalurkan kepada umat beriman dan dipersatukan dalam sakramen- sakramen. Peristiwa ini menjadi landasan bagi Gereja untuk merayakan Ekaristi dalam kebesaran yang layak bagi keagungannya.&nbsp;Gereja memerlukan kesenian untuk menyampaikan amanat Kristus yang dipercayakan kepada Gereja. Dalam sejarahnya, Gereja selalu mengembangkan warisan seni yang kaya dengan segala dimensi estetik di dalamnya. Dimensi-dimensi estetik yang dimaksud ialah seni bangunan, seni musik dan seni rupa. Seluruh dimensi estetik yang digunakan oleh Gereja harus mendukung umat dalam merayakan Ekaristi. Dimensi-dimensi estetik ini harus memiliki daya-tarik, dunia roh, dunia yang tak kelihatan, dan kenyataan akan Allah.&nbsp;Paus Yohanes Paulus II, dalam ensiklik <em>Ecclesia de Eucharistia</em>, mengajak Gereja untuk menghidupkan kembali pesona Ekaristi yang sungguh agung. Keagungan Ekaristi tampak dengan segala dimensi-dimensi estetik yang mendukungnya. Oleh karena itu, dimensi-dimensi estetik yang digunakan oleh Gereja harus mampu mendukung Perayaan Ekaristi serta mengungkapkan misteri yang terkandung di dalamnya. Paus menginginkan Gereja untuk tetap mengindahkan norma-norma liturgi yang berlaku. Tujuannya ialah agar Gereja sungguh menghadirkan misteri penebusan&nbsp;Kristus dan menjadi pusat dan puncak Perayaan Ekaristi.&nbsp;</p> 2024-04-22T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2024 RAJAWALI https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/3606 UNSUR, MAKNA TEOLOGIS DAN INTISARI DEVOSI KERAHIMAN ILAHI 2024-04-22T17:43:58+02:00 Andi Bonifasius Gabe Girsang girsangbonifasius@gmail.com Surip Stanislaus suripofmcap66@gmail.com <p>Kerahiman Ilahi adalah sebuah devosi yang diperkenalkan oleh Suster Faustina. Kerahiman Ilahi diperkenalkan atas dasar pewahyuan dari Yesus yang menampakan diri pada Suster Faustina. Ia menjadi pewarta kerahiman Allah dan dijuluki sebagai Rasul Kerahiman Ilahi. Devosi Kerahiman Ilahi memiliki lima unsur yaitu gambar kerahiman Ilahi, Pesta kerahiman Ilahi, jam Kerahiman Ilahi, <em>Koronka</em>, dan penyebarluasan devosi penghormatan kepada Karahiman Ilahi. Devosi ini memiliki Inti sari sebagai pemakluman bahwa manusia senantiasa harus mengandalkan Tuhan dalam hidupnya serta menunjukan sikap berbelaskasihan kepada sesama.</p> 2024-04-22T00:00:00+02:00 Copyright (c) 2024 RAJAWALI