https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/issue/feedRAJAWALI2024-10-31T16:10:19+01:00Open Journal Systems<p>Rajawali adalah Jurnal Filsafat yang memuat kajian akademik tentang proses mencari kebenaran mulai dari manusia berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal, selanjutnya dari berbagai spekulasi disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan. dan buah pikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang didasari kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika, hukum, politik, dan lain-lain.</p>https://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/4194PENGETAHUAN YANG PARADOKS MENURUT ADELBERT SNIJDERS2024-10-31T15:31:45+01:00Alexius Harefaalexiusharefa@gmail.comLaurentius Tinambunanlautan@kapusin.org<p>Manusia memiliki kodrat yang khas yakni, beripikir. Ciri khas ini menyebabkan manusia berdistansi terhadap realitas yang dialami. Berhadapan dengan ini, manusia tergerak untuk bertanya tentang segala realitas dan seluas segala kenyataan. Pertanyaan muncul dalam pikiran manusia dilandasi dengan rasa heran atas realitas. Keheranan itu menuntun ia pada suatu hasrat memperoleh jawaban atas realitas tersebut. Dalam proses mengetahui, subjek memandang kenyataan dengan cara dan sudut pandang yang khas. Kekhasan pandangan subjek terhadap objek dapat memunculkan suatu pemutlakan pandangan yang mengabaikan kebenaran yang relatif. Hal ini dapat didamaikan dengan pandangan bahwa pengetahuan manusia itu bersifat paradoks. Adelbert Snijders memandang paradoks manusia tampak dalam kebebasan yang mengikat, individu dan person, serta kesatuan tubuh-jiwa-dan roh</p>2024-10-31T00:00:00+01:00Copyright (c) 2024 RAJAWALIhttps://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/4195DINAMIKA KESEKARANGAN SELURUH PENGADA2024-10-31T15:39:47+01:00Stefanus Adi Tri Prasetyogonti_simanullang@ust.ac.idLargus Nadeakgonzales.nadeak@kapusin.org<p>Isu mengenai krisis iklim memicu banyaknya solusi yang dikemukakan oleh pelbagai pihak. Bahaya lingkungan berskala besar dan global menjadi semakin nyata. Perubahan iklim, penipisan ozon stratosfer, hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan sistem hidrologi, perubahan pasokan air tawar, degradasi lahan, dan tekanan terhadap sistem produksi pangan merupakan isu-isu utama saat ini yang membutuhkan perhatian mendesak. Perubahan iklim dunia merupakan konsekuensi dari aktivitas manusia. Perkembangan zaman seakan menjadi <em>bumerang</em> bagi manusia saat ini. Semakin lama manusia semakin diperbudak oleh perkembangan tersebut, kemajuan tersebut tanpa disadari membuat manusia menjadi lebih individualis. Tanpa disadari eksistensi manusia di masa depan sedang terancam. Tindakan manusia saat ini sangat mempengaruhi apa yang akan terjadi di masa depan. Krisis iklim ini adalah “bom waktu” yang dibuat oleh manusia sendiri. Dengan segala keserakahan dan ketamakannya, secara tidak sadar, mereka sedang mengancam kehidupan anak cucu mereka di masa depan. Isu perubahan iklim ini perlu menjadi perhatian seluruh dunia untuk segera ditanggapi. Manusia yang adalah “pengada” dalam dirinya harus menemukan esensi keberadaannya bagi dunia masa kini.</p>2024-10-31T00:00:00+01:00Copyright (c) 2024 RAJAWALIhttps://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/4196PERANAN UPACARA MANGONGKAL HOLI BAGI MASYARAKAT BATAK TOBA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI2024-10-31T15:47:09+01:00Sahala Martua Agustinus Sitindaonsahalatindaon19@gmail.comNora D. Simanjuntakrafaelfch02@gmail.com<p>Kebudayaan merupakan pengetahuan dan keyakinan yang digunakan oleh manusia sebagai pedoman untuk mengaktualisasikan diri dalam masyarakat. Sistem religi merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Manusia percaya bahwa di luar batas akalnya, ada suatu alam dunia yang tidak tampak olehnya. Hal tersebut dihadirkan dalam ritus atau upacara religius. Tradisi mangongkal holi merupakan salah satu kebudayaan Batak Toba yang masih dilakukan hingga saat ini. Upacara mangongkal holi merupakan pemindahan tulang belulang nenek moyang yang dihormati dari kuburan sementara ke kuburan semen yang permanen atau ke dalam tugu. Upacara ini tidak dapat dilaksanakan begitu saja, melainkan harus memenuhi syarat. Syaratnya ialah tercapainya prinsip hidup ideal orang Batak Toba, yaitu <em>hamoraon, hagabeon, dan hasangapon</em>. Mangongkal holi merupakan tradisi Batak Toba yang sarat makna. Upacara ini melibatkan unsur kekerabatan <em>dalihan na tolu</em>, yakni <em>dongan tubu, hulahula</em>, dan <em>boru</em>. Upacara ini menunjukkan hubungan yang erat di antara masyarakat Batak Toba</p>2024-10-31T00:00:00+01:00Copyright (c) 2024 RAJAWALIhttps://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/4197CINTA SEBAGAI DAYA MENUJU PERSAUDARAAN UNIVERSAL MENURUT BERGSON2024-10-31T15:53:46+01:00Basilius Benediktus Suban Meo Kloborara.very@yahoo.comAlfonsus Araara.very@yahoo.com<p>Cinta menjadi topik yang selalu diungkap dalam kehidupan manusia. Dalam pengungkapan itu, cinta menghadirkan suatu problematika yang perlu untuk dibahas karena pembahasan mengenai cinta merupakan hal yang essensial bagi manusia dalam membangun kehidupan bersama sebagai manusia. Kehadiran cinta dalam kehidupan manusia tidak serta merta mampu membangun kehidupan yang penuh persaudaraan. Manusia sering mempersempit makna cinta. Cinta selalu digunakan sebagai sarana untuk membangun sikap yang mementingkan hubungan dalam kelompok atau bahkan mementingkan kepentingan diri sendiri. Sehingga relasi antar manusia menjadi tidak harmonis. Henri Bergson melihat bahwa cinta sesungguhnya mampu mewujudkan persaudaraaan universal. Bergson membedakan dua jenis cinta, yaitu cinta tertutup dan cinta terbuka, cinta tertutup bersifat eksklusif dan preferensif serta selalu mengutamakan kepentingan kelompoknya di atas kelompok yang lain. Cinta ini merupakan sifat dasar manusia. Sedangkan, cinta terbuka memampukam untuk mencintai setiap manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat luhur. Cinta terbuka berasal dari Allah yang diperoleh melalui pengalaman mistik. Dengan cinta terbuka manusia berpartisipasi dengan Allah dalam memelihara dan mencintai Ciptaan-Nya, sehingga mampu membangun situasi persaudaraan antar sesama manusia.</p>2024-10-31T00:00:00+01:00Copyright (c) 2024 RAJAWALIhttps://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/4198TEGUH DALAM PANGGILAN DAN PILIHAN2024-10-31T16:02:09+01:00Markus Trio Agustramarkusagustrat@gmail.comSurip Stanislaussuripofmcap66@gmail.com<p>Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Wahyu Allah itu menyata dalam diri Yesus Kristus. Allah menyapa manusia dan memanggilnya untuk mengikuti dan percaya kepada-Nya. Manusia menanggapi panggilan itu dengan iman. Manusia percaya kepada-Nya dan menaruh iman kepada-Nya. Menaruh iman kepada Yesus Kristus berarti berkomitmen untuk setia berada di dalam-Nya dan mengikuti kehendak-Nya. Dengan kesetiaan imannya manusia boleh menikmati janji-janji Allah dan ambil bagian dalam kodrat Ilahi-Nya. Manusia harus bertumbuh dalam iman dan bertahan setia pada panggilan dan pilihan mereka. Namun, situasi zaman sekarang tidak jarang membuat orang meninggalkan imannya kepada Yesus Kristus yang telah memanggil mereka untuk taat dan setia kepada-Nya. Banyak penyebab yang membuat mereka berpaling dari iman kristiani, bisa karena pernikahan, ketidakpahaman dengan apa yang diimani, karena arus zaman, atau bahkan karena kekacauan hati. Petrus dalam suratnya menaruh kegelisahannya akan iman jemaat. Melalui suratnya, ia mengingatkan mereka supaya tetap bertahan teguh dalam panggilan dan pilihan mereka untuk beriman kepada Allah. Allah telah memanggil dan memilih mereka untuk menjadi umat-Nya, dan mereka menanggapi panggilan itu. Mereka dituntut untuk memiliki komitmen supaya tetap teguh pada panggilan dan pilihan</p>2024-10-31T00:00:00+01:00Copyright (c) 2024 RAJAWALIhttps://ejournal.ust.ac.id/index.php/Rajawali/article/view/4199TUJUAN PENETAPAN KEDUA BELAS MURID2024-10-31T16:10:19+01:00Amselmus Banjarnahoramselmusbanjarnahor24@gmail.comSurip Stanislaussuripofmcap66@gmail.com2024-10-31T00:00:00+01:00Copyright (c) 2024 RAJAWALI